Ketoconazole adalah obat antijamur untuk mengatasi infeksi jamur. Infeksi jamur itu sendiri dapat berupa infeksi kulit, seperti panu, kurap, dermatitis seboroik, ketombe serta infeksi jamur sistemik atau yang bersifat menyeluruh pada tubuh.

Ketoconazole bekerja sebagai fungsitatik atau menghambat pertumbuhan dan penyebaran jamur sehingga jamur gagal tumbuh dan memudar seiring berjalannya pengobatan. CEA

Tabel Ringkasan Obat Ketoconazole

Jenis Anti jamur
Golongan
  • Obat keras, harus dengan resep (untuk sediaan tablet)
  • Obat bebas terbatas, gunakan seperlunya (untuk sediaan krim 2%)
Kegunaan Mengatasi infeksi jamur baik topikal maupun sistemik
Konsumen Dewasa dan anak-anak
Kehamilan Kategori C (boleh dengan syarat)
Sediaan Tablet: 50 mg, 100 mg; Krim: 2% ; Cairan obat luar: 2%; Shampo: 2%; Lotion: 2%
Merek Ketoconazole, Etafungal, Fungasol, Formyco, Fexazol, Infungi, Fungasol-SS, Mycoral, Muzoral, Hufazole, Nizol, Mycoderm, Anfuhex, Ketomed Scalp Solution, Dendrufin, Interzol, Sporex, Picamic, Muzoral, Zoloral, Nizogen, Fungorel, Omegzole, Kanazol, A-Be Lotion, Fungasol, Anfuhex, Lusanoc, Solinfec, Funet, Dermaral, Zoralin, Dexazol, Tokasid, Nizoral, Interzol, Solinfec, Mycazol, Tokasid, Erazol, Sporex
Daftar isi:

Mekanisme Kerja dan Fungsi Obat Ketoconazole

Fungsi Ketoconazole adalah sebagai pembasmi jamur yang menginfeksi tubuh. Obat ini merupakan anti jamur turunan imidazole yang bersifat fungistatik aktif terhadap dermatofita, jamur, dan fungi patogen lainnya.

Ketoconazole bekerja dengan menghambat sintesis ergosterol, komponen penting pembentuk membran sel jamur. Akibatnya perkembangan jamur terganggu dan kesulitan tumbuh dan menyebar. Senyawa ini juga dapat menghambat beberapa jenis enzim jamur yang mengakibatkan terakumulasinya hidrogen peroksida beracun yang menyebabkan kematian jamur.

Ketoconazole juga merupakan penghambat kortisol dan aldosteron kuat karena kemampuannya menghambat beberapa jenis enzim di kelenjar adrenal.

Indikasi dan Kegunaan Ketoconazole

Sesuai dengan fungsi dan cara kerjanya, maka ketoconazole dapat digunakan dalam pengobatan infeksi jamur.

Sediaan topikal berupa krim, cairan obat luar, shampo atau lotion digunakan untuk mengatasi:

  • Panu (tinea versikolor).
  • Kutu air atau penyakit kaki atlete (tinea pedis).
  • Kurap (tinea corporis).
  • Kurap selangkangan (tinea cruris).
  • Dermatitis seboroik.
  • Infeksi kandidiasis pada kulit.

Untuk sediaan oral atau pil, obat ini digunakan untuk mengatasi:

  • Infeksi jamur sistemik parah seperti candidiasis pada rongga mulut yang menyebabkan oral trush.
  • Blastomycosis.
  • Cocodiomycosis.
  • Histoplasmosis.
  • Infeksi kulit yang tidak efektif lagi dengan pemberian ketoconazole topikal.

Kontraindikasi dan Peringatan

Setiap orang dengan kondisi medis di bawah ini tidak boleh menggunakan Ketoconazole karena dikhawatirkan menimbulkan efek berbahaya:

  • Memiliki riwayat hipersensitif/alergi terhadap kandungan Ketoconazole. Reaksi hipersensitifnya termasuk shock anafilaktik, pembengkakan pada area wajah, bibir, lidah dan kerongkongan serta kesulitan bernafas.
  • Gangguan fungsi hati akut atau kronis.
  • Wanita hamil dengan sindrom Chusing.
  • Ibu menyusui (untuk sediaan oral).
  • Pasien yang sedang diterapi menggunakan obat substrat CYP3A4 seperti cisapride, quinidine, disopiramid, sertindole, mizolastine, metadon, triazolam, alprazolam, nisoldipin, sirolimus, saquinavir/ritonavir (untuk sediaan oral).
  • Pasien yang sedang diterapi dengan obat tekanan darah tinggi seperti simvastatin atau lovastatin (untuk sediaan oral).
  • Anak umur kurang dari 2 tahun.

Dosis Ketoconazole dan Aturan Pakai

Peringatan! Dosis yang tepat untuk Anda adalah dosis yang yang dianjurkan dokter setelah mempertimbangkan keparahan penyakit, usia, berat badan, dsb. Dosis yang tertera di sini adalah dosis umum.

Dosis Ketoconazole untuk mengatasi infeksi jamur sistemik

  • Dosis dewasa: 200 mg sekali sehari atau ditingkatkan menjadi 400 mg per hari jika respon tidak tercapai. Pengobatan dilanjutkan hingga infeksi jamur dapat diatasi.
  • Dosis anak-anak: umur lebih dari 2 tahun. 3,3 – 6,6 mg/kg berat badan sekali sehari. Pemberian dilanjutkan hingga infeksi jamur teratasi.

Dosis Ketoconazole untuk mengatasi infeksi jamur pada kulit

  • Dosis dewasa: dengan sediaan krim 2%, aplikasikan pada area kulit yang terinfeksi jamur 1 – 2 kali sehari. Durasi pengobatan: infeksi jamur 2 – 3 minggu, kurap selangkangan 2 – 4 minggu, kurap 3 – 4 minggu, kutu air 3 – 6 minggu.

Dosis Ketoconazole untuk mengatasi dermatitis seboroik

  • Dosis dewasa: dalam sediaan krim 2%. Aplikasikan pada area kulit yang sakit 1 – 2 kali sehari selama 2 – 4 minggu. Untuk dosis perawatan dapat diberikan 1 kali seminggu hingga kondisi membaik. Dalam sediaan shampo 2%, aplikasikan pada kepala 2 kali seminggu selama 2 – 4 minggu, biarkan selama 3 – 5 menit sebelum dibilas.

Cara menggunakan obat Ketoconazole tablet:

  • Untuk sediaan tablet gunakan obat ini setelah atau bersamaan dengan makanan.
  • Dianjurkan untuk cukup minum air putih setelahnya.
  • Selalu ikuti anjuran dokter atau petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan sebelum mulai mengonsumsinya.
  • Gunakanlah antara satu dosis dengan dosis lainnya pada jarak jam yang sama, misalkan dua kali sehari berarti per 12 jam, tiga kali sehari berarti per 8 jam.
  • Apabila ada dosis yang terlewat akibat lupa, maka begitu ingat dianjurkan untuk segera meminumnya apabila dosis berikutnya masih lama sekitar 5 jam atau lebih. Tidak boleh menggandakan dosis Ketoconazole pada jadwal minum berikutnya sebagai ganti untuk dosis yang terlewat.

Cara menggunakan obat Ketoconazole topikal:

  • Oleskan obat pada area kulit yang sakit dan biarkan obat meresap. Jika ingin menambahkan kosmetik di atasnya sebaiknya beri jarak 20 – 30 menit setelah pengaplikasikan obat.
  • Untuk sediaan shampo, gunakan sama seperti menggunakan shampo umumnya dengan membasahi kepala dengan air dan berikan shampo secukupnya dan ratakan dengan memijat seluruh bagian rambut kepala. Setelah itu diamkan agar lebih meresap lagi kurang lebih 3 – 5 menit lalu kemudian di siram dan bersihkan dengan air hangat.

Efek Samping Ketoconazole

Seperti halnya obat lain, Ketoconazole juga berpotensi menimbulkan efek samping selain efek utama yang diharapkan.

Efek samping Ketoconazole:

  • Tekanan pada kelenjar adrenal.
  • Perpanjangan QT yang berpotensi mengganggu irama jantung.
  • Kerapuhan tulang.
  • Reaksi hipersensitif.
  • Mual, muntah, diare, gangguan pencernaan.
  • Asthenia atau kelelahan.
  • Rambut berminyak/kering serta reaksi pada tempat pemberian seperti sensasi terbakar, eritema atau pembengkakan.
  • Efek samping yang jarang namun berpotensi fatal seperti nekrosis dan sirosis hati .

Efek Overdosis Ketoconazole

Dosis dapat terjadi ketika obat digunakan secara berlebihan dalam waktu yang singkat. Gejala overdosis Ketoconazole dapat berupa gangguan fungsi adrenal yang ditandai dengan mual dan muntah parah, anoreksia, kelemahan berat.

Jika kondisi ini terjadi segera melapor ke dokter atau hubungi layanan darurat rumah sakit terdekat.

Kehamilan dan Menyusui

Apakah boleh obat Ketoconazole untuk ibu hamil?

⊗ Terbatas pada ibu hamil yang sangat membutuhkan dan atas rekomendasi dokter.

Ketoconazole masuk dalam kategori C untuk obat ibu hamil menurut FDA.

Obat golongan C berarti: Studi pada hewan percobaan memperlihatkan adanya efek samping pada janin (teratogenik atau embriosidal atau efek samping lainnya) dan belum ada studi terkontrol pada wanita, atau studi terhadap wanita dan hewan percobaan tidak dapat dilakukan.

Apakah boleh obat Ketoconazole untuk ibu menyusui?

Ketoconazole diketahui dapat masuk dan mengontaminasi ke dalam ASI ibu menyusui. Oleh karena itu penggunaannya sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter terlebih dulu.

Interaksi Obat

Hati-hati saat menggunakan Ketoconazole bersamaan dengan obat lain. Interaksi dapat terjadi antara Ketoconazole dengan obat-obat berikut:

  • Aplerenone. Peningkatan risiko hiperkalemia dan hipertensi.
  • Thelytromicin, clarithromycin. Peningkatan risiko hepatotoksisitas dan perpanjangan QT.
  • Felodipine, nisoldipine. Peningkatan risiko edema.
  • Paracetamol. Peningkatan risiko kerusakan hati.
  • Antasida, antimuskarinik, PPI, antagonis reseprtor H2. Dapat mengurangi absorbsi kelompok obat ini.
  • Simvastati, lovastatin, dapat meningkatkan risiko miopati termasuk rhabdomyolysis.
  • Ergot alkaloid. Meningkatkan risiko ergotisme dan kejadian vasospastik.
  • Dabigatran. Meningkatkan risiko pendarahan.