Ada Banyak Penyakit Akibat Stres, Jangan Anggap Remeh

Siapa bilang stres cuma memengaruhi pikiran, ada banyak penyakit akibat stres jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut.

Penyakit akibat stres

Hidup tak pernah lepas dari beragam problematika yang datang silih berganti. Kondisi keuangan, hubungan asmara dan tuntutan pekerjaan merupakan beberapa kondisi umum yang kerap membuat seseorang menjadi stres dan tertekan.

Dalam kapasitas kecil, stres bisa berdampak positif lantaran dapat membantu menimbulkan motivasi, inspirasi dan semangat lebih untuk bisa segera menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Namun, jika terlampau berlebih dan dibiarkan berlarut-larut, stres bisa menjadi ancaman serius bagi kesehatan tubuh.

Berikut Beberapa Penyakit Akibat Stres yang Harus Diwaspadai

1. Sakit kepala

Stres merupakan pemicu umum dari timbulnya sakit kepala tegang dan migrain. Hal ini terkait dengan perubahan kadar bahan kimia tertentu di otak, seperti menurunnya kadar serotonin yang berperan penting sebagai pengantar sinyal antar jaringan saraf dan modulasi nyeri.

Keluhan sakit kepala ataupun migrain akibat stres ini akan membaik saat tubuh sudah menjadi rileks dan terbebas dari stres. Dan bisa muncul lagi bila stres tersebut datang kembali. Maka penting untuk mengelola stres sebaik mungkin.

2. Gangguan pencernaan

Otak dan usus memiliki hubungan dua arah yang erat. Interaksi kompleks antara keduanya terutama disebabkan oleh sistem saraf enterik, yang fungsinya sangat bergantung pada neurotransmiter otak.

Itu mengapa saat seseorang sedang stres atau dilanda kecemasan, sering kali merasakan gejala gangguan pencernaan. Termasuk diantaranya perut mual atau mulas, sembelit, maag, naiknya asam lambung hingga sindrom iritasi usus besar.

3. Obesitas

Stres yang terjadi secara terus-menerus akan memicu kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon kortisol. Pelepasan hormon ini dalam jumlah tinggi menyebabkan peningkatan nafsu makan, terutama keinginan untuk mengonsumsi makanan tinggi gula dan berlemak daripada makanan sehat.

Di samping itu, stres juga dapat memperlambat metabolisme tubuh, membuat seseorang malas bergerak, lesu dan selalu ingin berbaring di tempat tidur meski untuk bisa tidur nyenyak pun terasa sulit. Kesemua hal tersebut menjadi faktor yang menyebabkan kenaikan berat badan dan bisa berujung pada obesitas.

4. Penyakit jantung

Para ahli menyatakan bahwa kadar kortisol yang tinggi akibat stres dalam jangka panjang dapat memicu peningkatan kadar kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida dalam darah sekaligus naiknya tekanan darah.

Kondisi tersebut dapat menyebabkan terjadinya arteriosklerosis, yakni pengerasan pembuluh darah arteri akibat penumpukan plak di dinding arteri. Akibatnya dapat berujung pada penyakit serius, terutama stroke dan penyakit jantung koroner.

Di tambah lagi, seseorang yang stres cenderung terjebak pada gaya hidup tidak sehat, seperti malas bergerak, mengonsumsi banyak makanan tidak sehat, merokok, minum minuman beralkohol dan kurang tidur yang kesemuanya dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung.

5. Diabetes

Penyakit akibat stres selanjutnya yang harus diwaspadai adalah diabetes. Meski tidak secara langsung menyebabkan diabetes, namun stres yang berlangsung lama dapat meningkatkan gula darah dan kadar hemoglobin terglikasi.

Terlebih, tingkat stres yang tinggi kerap memicu peningkatan nafsuĀ makan serta konsumsi makanan ataupun camilan manis yang sulit dikontrol. Dalam jangka panjang, hal ini tentu dapat berujung pada timbulnya diabetes.

6. Penyakit Alzheimer

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa stres dapat meningkatkan risiko penyakit Alzheimer dan Parkinson. Dua penyakit neurodegeneratif yang paling sering dijumpai di seluruh dunia dan menjadi penyebab utama penurunan fungsi kognitif dan berimbas pula pada penurunan kualitas hidup.

Hasil sejumlah penelitian memperlihatkan paparan stres kronik memicu peningkatan kadar kortisol jangka panjang yang dapat menimbulkan efek buruk di beragam regio otak, terutama hipokampus – bagian otak yang berperan penting dalam proses belajar serta penyimpanan memori.

7. Depresi

Jika tak juga dikelola dengan baik, stres yang terus berlarut dapat berujung pada depresi berat. Dimana penderitanya menjadi kehilangan semangat hidup, bahkan timbul keinginan untuk mengakhiri hidup.

Nah, ada begitu banyak bukan dampak buruk dari stres yang berkepanjangan. Maka dari itu, kelolalah stres sebaik mungkin. Saat sedang memiliki masalah, hadapi dan selesaikanlah masalah tersebut dengan baik, bukan justru menghindarinya. Yakinlah, selalu ada jalan keluar dari setiap problematika kehidupan.

Cobalah untuk memulai keterbukaan dengan orang-orang yang dipercaya, meski hanya sekadar mengutarakan semua unek-unek. Terapkan pula gaya hidup sehat dan jangan ragu untuk berkonsultasilah langsung pada psikolog atau psikiater, terutama bila mulai mencurigai adanya gejala depresi atau gangguan kejiwaan lain yang cukup berat.

  • R. Morgan Griffin, Webmd. 2014. 10 Health Problems Related to Stress That You Can Fix. Diakses Desember 2020.
  • Jennifer Casarella, Webmd. 2019. Stress Symptoms. Diakses Desember 2020.
  • James Beckerman, MD, FACC, Webmd. 2019. Heart Disease and Stress: What's the Link?. Diakses Desember 2020.
  • Tara Haelle, Webmd. 2015. Stress and Alzheimer's-Linked Thinking Problems. Diakses Desember 2020.
  • The Healthline Editorial Team, Healthline. 2018. What Is Stress-Related Illness?. Diakses Desember 2020.
  • Mayo Clinic Staff, Mayoclinic. 2019. Stress symptoms: Effects on your body and behavior. Diakses Desember 2020.
  • R S Surwit, M S Schneider, M N Feinglos, Pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Stress and diabetes mellitus. Diakses Desember 2020.

#