Penyebab ureum tinggi sangat kompleks & beragam. Lakukan tes BUN untuk mengetahui kadar ureum dalam darah.
Ureum merupakan produk akhir dari katabolisme protein dan asam amino yang disintesis di hati. Ureum bersifat racun dalam tubuh, pengeluarannya dari tubuh 95% melalui ginjal berupa air seni dan sisanya 5% dalam feses.
Normalnya, kadar ureum dalam darah adalah sebesar 7-25 mg per 100 ml darah (7-25 mg/dL). Kadar ureum atau urea dalam darah ini sendiri dapat diukur lewat tes blood urea nitrogen (BUN) yang biasanya dibarengi pula dengan tes kadar kreatinin.
Kadar ureum yang tinggi dalam darah hingga di atas 50 mg/dL disebut dengan uremia. Kondisi ini menjadi indikasi telah terjadinya gangguan fungsi ginjal. Semakin buruk fungsi ginjal, maka akan semakin tinggi pula kadar ureum dalam darah.
Apa penyebab ureum tinggi?
Penyebab ureum tinggi secara garis besar di bagi ke dalam 3 faktor yakni, pra-renal, renal dan pasca-renal. Uremia pra-renal artinya akar masalahnya berasal dari luar ginjal namun dapat memengaruhi fungsi ginjal.
Sementara uremia renal merujuk pada kerusakan yang terjadi pada organ ginjal itu sendiri dan uremia pasca-renal terkait dengan obstruksi saluran kemih di bagian bawah yakni, ureter, kandung kemih atau uretra sehingga menghambat ekskresi urine.
Berikut uraian selengkapnya:
1. Uremia Pra-Renal
Penyebab ureum tinggi pada kasus ini disebabkan oleh gagalnya mekanisme sebelum filtrasi glomerulus. Glomerulus adalah bagian ginjal yang berfungsi sebagai penyaring sekaligus membuang cairan dan elektrolit berlebih serta zat sisa atau sampah dari aliran darah.
Beberapa mekanisme tersebut meliputi:
- Penurunan aliran darah ke ginjal seperti pada syok, dehidrasi dan kehilangan darah.
- Peningkatan katabolisme protein seperti pada perdarahan gastrointestinal (perdarahan pada saluran pencernaan), hemolisis (penghancuran dinding sel darah merah), leukemia atau kanker darah, cedera fisik berat, luka bakar dan demam.
2. Uremia Renal
Uremia renal terjadi akibat gagal ginjal sebagai penyebab tersering, baik itu gagal ginjal akut ataupun gagal ginjal kronis. Kegagalan fungsi ginjal ini dapat menyebabkan gangguan ekskresi ureum atau urea sehingga membuatnya tertahan di dalam darah. Kondisi tersebut pada akhirnya dapat berujung pada intoksikasi (keracunan) ureum dalam konsentrasi tinggi.
Terjadinya gagal ginjal akut dapat disebabkan oleh beberapa kondisi seperti hipertensi maligna atau peningkatan tekanan darah yang berkembang sangat cepat, glomerulonefritis (peradangan pada glomerulus), obat atau logam yang bersifat nefrotoksik (merusak fungsi ginjal) dan nekrosis korteks ginjal.
Untuk gagal ginjal kronis penyebabnya antara lain yakni, glomerulonefritis, pielonefritis (infeksi ginjal), diabetes, arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah arteri), amiloidosis (penumpukan protein amiloid pada jantung, ginjal, hati atau organ lainnya), penyakit tubulus ginjal dan penyakit kolagen-vaskular.
3. Uremia Pasca-Renal
Uremia pasca-renal terjadi akibat adanya obstruksi saluran kemih bagian bawah – ureter, kandung kemih atau uretra. Kondisi ini dapat menghambat atau mencegah ekskresi urine sehingga menyebabkan urea tertahan di dalam urine dan dapat berdifusi atau masuk kembali ke dalam aliran darah.
Obstruksi pada ureter dapat berupa batu/kristaluria, tumor, peradangan atau akibat kesalahan pembedahan. Sementara obstruksi pada leher kandung kemih ataupun uretra dapat disebabkan oleh batu, pembesaran prostat, tumor dan peradangan.
Bagaimana cara menurunkan kadar ureum yang tinggi?
Untuk menurunkan kadar ureum yang tinggi sekaligus mencegah kondisi ini berkembang lebih jauh, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, baik melalui terapi non farmakologi atau melalui terapi farmakologi.
1. Terapi non-farmakologi meliputi:
- Pembatasan asupan potein dan glukosa.
- Berhenti merokok dan minum minuman beralkohol.
- Diet natrium – usahakan kurang dari 2,4 gram/hari.
- Menjaga berat badan agar selalu berada dalam kisaran ideal.
- Olahraga teratur selama 30 menit/hari setidaknya sebanyak 4 kali seminggu.
Untuk penderita dengan kondisi yang sudah cukup berat atau dengan gagal ginjal kronis stadium 5, maka dapat melakukan tindakan hemodialisis atau cuci darah dengan terlebih dahulu melewati prosedur Cimino-Brescia fistula (arteriovenous shunt/arteriovenous fistula).
2. Terapi farmakologi meliputi:
Pada terapi ini tujuannya adalah untuk mengatasi masalah kesehatan lain yang timbul terkait dengan keparahan penyakit. Diantaranya seperti:
- Hipertensi, lini pertama terapi dengan menggunakan obat ACE inhibitor dan ARB (angiotensin II receptor blockers).
- Proteinuria, diterapi dengan obat ACE inhibitor dan ARB (angiotensin II receptor blockers).
- Dislipidemia, obat yang sering digunakan adalah obat golongan statin.
- Abnormalitas mineral tulang, terapi yang dilakukan yakni dengan memperbaiki kekurangan vitamin D.
- Anemia, pilihan terapinya yakni melalui eritropoietin atau penambahan zat besi dan transfusi darah.
Untuk terapi ataupun pengobatan yang tepat sesuai kondisi kesehatan masing-masing, pastikan untuk berkonsultasi pada dokter ahli.